Jumat, 25 September 2009

Pengembangan Budidaya Kunyit (Curcuma domestica Val.) di Bawah Tegakan Karet Muda

Desa Pondok Meja Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi

Jambi, September 2009

Heri Kuswanto

1. Sekilas Pengembangan Kunyit Di Desa Pondok Meja

Awal dari pengembangan budidaya kunyit di Desa Pondok Meja dilakukan hanya oleh satu orang warga berkisar tahun 2002/2003, warga ini mengembangkan kebun kunyit hanya skala kecil 200 – 300 m2, di bawah tegakan pohon karet yang baru di tanam, untuk memanfaatkan dan sekaligus membersihakan lahan kebun karetnya. Dalam perjalanan budidaya kunyit beliau dalam waktu 7 bulan telah menghasilkan dan mendapatkan keuntungan yang lumayan.

Beberapa Kelompok tani karet yang ada di Desa Pondok Meja cukup berkembang dengan baik. Dalam penjualan bokar dan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari terpenuhi pengadaannya oleh kelompok sehingga peran tengkulak/ijon (Toke dalam bahasa setempat) sangat rendah. Kelompok mengadakan pertemuan rutin bulanan, pada kesempatan pertemuan rutin tersebut melihat salah seorang anggota kelompok berhasil mengembangakan usaha tani kunyit muncul ide pengembangan lahan kebun kunyit secara bersama. Di sepakatilah kelompok mengusahakan kebun kunyit sebagai usaha pendapatan tambahan bersama.

Dalam perjalanan kelompok kebun kunyit tersebut hanya mampu bertahan selama dua kali musim tanam. Selanjutnya kelompok ini bubar (bukan kelompok tani karetnya, sampai saat ini kelompok tani karetnya tetap eksis). Alasan bubar bukan karena ketidakberhasilan kebun kunyit namun untuk bergotong royang sulit mendapatkan waktu yang bersamaan dari semua anggota kelompok, sehingga kedatangan dalam gotong royong tida seua dapat hadir.

Dari beberapa petani yang telah belajar bersama membuat kebun kunyit sampai saat ini masih tetap mengusahakan bercocok tanam kunyit di kebun masing-masing

2. Prospek Pengembangan Tanaman Kunyit Sebagai Tanaman Tumpang Sari pada Kebun Karet.

RAS 2 di bangun dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan petani melalui penganekaragaman hasil kebun Karet (pangan, buah-buahan dan kayu) dalam .Budi dkk, 2008, selanjutnya Budi dkk, 2008 dalam RAS 2 menganjurkan jarak tanam Karet 3 x 6 m (kerapatan tanaman 550 pohon/ha) atau denga jarak tanam 2 x 6 m dengan Kolom antar 6 m dengan jarak 14 m (kerapatan tanaman 500 pohon/ha)

Hasil penelitian dangan pengembangan RAS 2 oleh World Agroforestry Centre (ICRAF), dapat menjadi acuan dalam pengembangan tumpang sari tanaman karet dengan tanaman lain. Berikut skema pengembangan tumpang sari Karet dengan tanaman lain, dengan jarak tanam 2 x 6 m dengan kolom 14 m.

Pengembangan tumpang sari tanaman karet pada gambar 1 dapat di lakukan dengan berbagai jenis tanaman, ternak dan perikanan pada kolom 14 m.

Prospek pengembangan tanaman kunyit sagat menguntungkan karena dari segi harga, komoditi kunyit tidak mengalami fluktuatif, bahkan kecenderungannya megalami kenaikan. Dengan satu catatan tidak dilakukan pengembangan monokultur tanaman kunyit, sehingga kondisi fluktuasi harga dapat dikendalikan.

Di samping harga, tanaman kunyit sangat mudah di usahakan tidak membutuhkan penanganan khusus seperti pada tanaman sayuran. Pembiayaan yang di butuhkan dalam budidaya tanaman kunyit tidak terlalu besar.

Penanganan panen tidak terlalu sulit hanya saja di hindari pada saat panen kontak terlalu banyak antara Umbi dengan air, jika sudah terkena air segera di lakukan penjemuran.

3. Cara budidaya tanaman Kunyit petani Desa Pondok Meja

Sumber pendapatan sebagian besar masyarakat Desa Pondok Meja bergantung pada tanaman karet tua yang dibudidayakan secara tradisional. Berkat usaha berbagai pihak untuk mengubah kebun karet tua lambat laun mulai menampakan hasil sebagain masyarakat telah merehab sebagain lahan mereka dengan tanaman karet baru yang di rekomendasikan oleh balai penelitian karet. Seiring dengan di rehapnya sebagian kebun pendapatan petani menurun, untuk mengatasi hal tersebut salah satunya adalah dengan membudidayakan kunyit di bawah tegakan karet muda (0 – 5 thn).

Bagi petani kunyit Desa Pondok Meja membudidayakan tanaman kunyit tidak sesulit budidaya tanaman sayuran, tanaman kunyit tidak begitu menyita dan membutuhkan tenaga untuk perawatan yang intensif.

A. Budidaya

Cara budidaya yang di lakukan oleh petani Desa Pondok Meja sangat sederhana, berikut cara budidaya untuk luas 100 m2 (1 Tumbuk dalam satuan luas masyarakat Jambi) :

- Lahan di olah dengan cangkul sampai gembur dan di buat bedengan dengan ukuran berfareasi seperti bedengan menanam sayuran

- Pembuatan Lubang tanam

- Pupuk kandang (20 karung urea) diaduk dengan tanah dalam lubang, kemudian diistirahatkan selama seminggu

- Rimpang (30 kg) untuk bibit di potong dengan cara mematakan menjadi 5 – 7 bagian

- Bibit yang telah siap di benamkan dalam lubang tanam yang telah diistirahatkan selama seminggu kemudian di berikan pupuk Urea (5 kg) dan KCl (5 kg).

- Penyiangan, pembumbunan dan pemupukan (pupuk kandang 20 karung urea, urea 5 kg dan KCL 5 kg) berikut di lakukan pada saat usia tanaman 3 – 4 bulan. Penyiangan berikut dilakukan pada bulan ke 7 – 8, jika tanaman pada usia 7 bulan sudah menujukan tanda-tanda untuk dipanen tidak perlu lagi di lakukan penyiangan.

- Panen di lakukan pada saat tanda fisik tanaman menunjukan daun tanaman kunyit kering dengan sendirinya. Pemanenan di lakukan dengan cara mencabut dan membongkar tanah tempat. Rimpang yang telah di keluarkan dari tanah dipisahkan dengan tanah yang terbawa dengan tangan, jangan di lakukan pencucian karena akan mempercepat proses pembusukan rimpang. Jika pada saat panen terkena air maka rimpang harus segera di jemur agar cepat kering

Musim Tanam :

Di sarankan untuk melakukan penanaman pada bulan september dan selambat-lambatnya Desember agar pada akhir musim hujan atau awal musim kemarau telah Panen.

B. Pemasaran

Petani kunyit Desa Pondok Meja tidak kesulitan dalam memasarkan hasil panen. Para pedagang pengumpul mendatangi kebun kunyit, dengan harga Rp 2.500,-/kg (september 2009) pedagang sendiri yang melakukan pencabutan dan pengumpulan rimpang-rimpang tersebut.

Panjangnya rantai perdagangan menyebabkan perbedaan harga kunyit antara petani dan konsumen sangan besar. Sementara konsumen harus mengeluarkan uang sebesar Rp. 20.000,-/kg di tingkat pedagang terakhir.

4. Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya kunyit seluas 100 m2 (1 Tumbuk dalam ukuran masyarakat Jambi) yang dilakukan Oleh petani karet Desa Pondok Meja

1. Biaya produksi

- Bibit 30 kg @ Rp. 2500 = Rp. 75.000,-

- Upah pengolahan lahan = Rp. 80.000,-

- Pupuk kandang 40 krg @ Rp. 5.000,- = Rp. 200.000,-

- Pupuk buatan :

- Urea 10 kg @ Rp. 3.000,- = Rp. 30.000,-

- KCl 10 Kg @ Rp. 9.000,- = Rp. 90.000,-

- Upah penyiangan dan pemupukan = Rp. 50.000,-

Jumlah biaya produksi = Rp. 525.000,-

2. Pendapatan kotor 400 kg @ Rp.2.500, = Rp. 1.000.000,-

3. Pendapatan bersih = Rp. 475.000,-

Di Konversi dalam 1 Ha

1 ha = 100 tumbuk (1 tumbuk = 10 m x 10 m)

100 tumbuk x Rp. 425.000,-/tumbuk =Rp 42.500.000,-

Daftar Pustaka :

Budi dkk, 2008 :

Panduan Pembangunan Kebun Wanatani Berbasis Karet Klonal. World Agroforestry Centre (ICRAF) tahun 2008, halaman 34 - 35

Tidak ada komentar:

Posting Komentar